fpip.ac.id – Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) mengadakan studi budaya ke Museum Arkeologi, Song Terus, Pacitan. Diikuti oleh 23 peserta asal mahasiswa Umsida yang berlangsung selama 2 hari, Sabtu-Ahad (2-3/12). Perjalanan cukup jauh harus mereka tempuh selama 8 jam mengendarai bis dari kampus 1 Umsida. Kemudian acara dilanjutkan dengan eksplor museum selama 4 jam.
Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk refleksi para mahasiswa agar mereka melihat budaya-budaya masa lalu sehingga tidak lupa dengan identitas bangsa nya. “Di museum tersebut, mereka mengenal budaya primitif sejak 2000 tahun yang lalu supaya mahasiswa melihat dan mengerti tentang identitas bangsa kita, termasuk juga melihat benda-benda bersejarah seperti hewan-hewan yang seharusnya masih lestari,” ucap Kemahasiswaan Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan (FPIP), Muhlassin Amrullah.
Pemilihan Museum Song Terus dalam kegiatan ini adalah karena banyak sejarah-sejarah asli yang tersimpan di sana. Sedangkan pada tempat lain, kebanyakan hanyalah replika. Selain studi budaya, Muhlas juga mengatakan tujuan dari diadakan nya kegiatan ini adalah literasi budaya. “Untuk literasi budaya agar mahasiswa bisa memikirkan peran nya sebagai mahasiswa dalam melestarikan budaya bangsa, kegiatan ini juga merupakan bagian dari kegiatan modul nusantara yang ada di Umsida,” tuturnya.
Tak hanya itu, mereka juga menikmati alam di Pacitan dan mendirikan tenda di Pantai Nyiroboyo. Menikmati keindahan alam di Sungai Maron menggunakan perahu susur merupakan salah satu keseruan yang terdapat pada kegiatan tersebut. Muhlas mengaku, selama kegiatan tidak diperkenankan membawa hp sehingga hp seluruh peserta dikumpulkan. “Jadi kami di sana hp nya dikumpulkan sehingga interaksi sosialnya lebih tinggi. Disana ada 6 tenda, kami duduk melingkar, dan saling berbicara,” ucapnya.
Seusai kegiatan, seluruh peserta akan diberi tugas menulis esai. Esai tersebut berkaitan dengan refleksi pemikiran dan opini mahasiswa dalam melestarikan budaya untuk masa depan. “Esai yang telah ditulis nanti akan digunakan untuk mengukur wawasan kebhinekaan mahasiswa, terkait pelestarian budaya, menuangkan pikiran dan opini nya sehingga input itu minimal akan berdampak untuk diri mereka di daerah nya masing-masing,” kata Muhlas.
Kegiatan ini mendapatkan respon positif dari seluruh mahasiswa. Muhlas berharap, Umsida konsisten dalam isu-isu tersebut. “Harapan nya kita akan konsisten dalam isu-isu itu, Indonesia kan sudah merdeka tapi kita harus tetap menjaga wawasan keberagaman agar tidak hilang dan tanggungjawab besar ini ada di tangan-tangan anak muda. Kegiatan seperti ini perlu dilakukan agar saling memahami dan menghargai, sehingga bhineka tunggal ika bukan hanya slogan, namun memang wujud dalam kehidupan berbangsa,” tutupnya.
Penulis : Ping Darojat Gumilang