fpip.umsida.ac.id — Suasana penuh semangat dan kegembiraan mewarnai kunjungan para mahasiswa FPIP Umsida dan Peserta Student Mobility dari Kazakhstan, Indonesia, Filipina, dan Malaysia ke Tadika Universiti Malaya pada 30 April 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Student Mobility 2025, yang bertujuan untuk memperkuat pertukaran budaya dan pendidikan antarnegara.
Sejak kedatangan mereka, para mahasiswa disambut hangat oleh anak-anak taman kanak-kanak yang antusias mengikuti berbagai permainan interaktif yang telah dipersiapkan. Momen ini menjadi sarana berharga untuk menjalin kedekatan lintas budaya melalui interaksi yang sederhana namun bermakna, membuktikan bahwa bahasa bukanlah penghalang untuk membangun koneksi emosional dan pemahaman antar individu sejak usia dini.
Kegiatan diawali dengan sesi ice breaking yang bertujuan menciptakan suasana akrab dan menyenangkan antara mahasiswa dan anak-anak. Selanjutnya, masing-masing perwakilan negara memperkenalkan permainan khas dari budaya mereka sebagai sarana interaksi dan pembelajaran. Anak-anak terlihat antusias mengikuti setiap permainan yang dipandu langsung oleh para mahasiswa, menjadikan momen ini tidak hanya menyenangkan tetapi juga sarat makna edukatif dan budaya.
Koneksi Emosional yang Terbangun Tanpa Bahasa
Akniet, salah satu mahasiswa pertukaran dari Kazakhstan yang berpartisipasi dalam kegiatan ini, mengungkapkan
“Sungguh menghangatkan hati melihat betapa penasaran dan bersahabatnya mereka. Meskipun tidak berbicara dalam bahasa yang sama secara lancar, kami tetap bisa terhubung melalui permainan, senyuman, dan momen-momen kebersamaan. Energi dan ketulusan mereka mengingatkan kami bahwa terkadang, komunikasi melampaui kata-kata.”
Bagi kami semua, ini lebih dari sekadar kunjungan, ini adalah pertukaran bermakna yang dipenuhi dengan kegembiraan, perhatian, dan sudut pandang baru.
Refleksi Mahasiswa FPIP Umsida: Toleransi dan Empati Sejak Dini
Selain itu Haibah, salah satu mahasiswa FPIP Umsida yang mengikuti kegiatan ini juga mengungkapkan:
“Kegiatan ini tidak hanya mempererat hubungan lintas budaya, tetapi juga membuka ruang bagi pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya toleransi, rasa ingin tahu, dan empati sejak usia dini. Saya berharap momen berharga ini dapat menjadi awal dari kolaborasi dan persahabatan jangka panjang antara negara-negara kami.”
Pembelajaran Kontekstual dan Perspektif Global untuk Calon Pendidik
Dr Luluk Iffatur Rochmah MPd, Kepala Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PGPAUD) FPIP Umsida, yang mendampingi mahasiswa dalam kegiatan ini, menyampaikan,
“Interaksi langsung dengan anak-anak dari budaya lain memberikan kesempatan unik bagi mahasiswa untuk mengembangkan empati, keterampilan komunikasi lintas budaya, dan pemahaman psikososial sejak dini. Ini adalah bagian penting dari pembelajaran kontekstual yang tidak bisa didapatkan hanya dari teori di kelas,” Ujar Dr Luluk.
Sementara itu, Zaki Nur Fahmawati MPsi Psikolog juga menambahkan,
“Melalui kegiatan ini, mahasiswa belajar bagaimana membangun koneksi dengan anak-anak meskipun terbatas oleh bahasa. Ini adalah pengalaman nyata tentang bagaimana pendidikan, bahasa, dan budaya dapat bersatu untuk menciptakan hubungan yang hangat dan bermakna. Kami berharap pengalaman ini memperluas perspektif mereka sebagai calon pendidik dan warga dunia,” ujarnya.
Kunjungan ke taman kanak-kanak ini menjadi salah satu momen paling mengesankan dalam rangkaian program Student Mobility 2025, membuktikan bahwa pendidikan lintas budaya tidak harus rumit — cukup dimulai dari interaksi sederhana yang tulus dan penuh makna.
Penulis: Ghozali R.A.
Editor: Mutafarida