fpip.umsida.ac.id — Hari terakhir rangkaian student mobility Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) di Universiti Malaya (UM) Malaysia, berbagai kesenian ditampilkan oleh masing-masing perguruan tinggi dari beberapa negara yang tergabung dalam Association of South Asian Nation (ASEAN), Jumat (03/05/2025).
Perayaan Budaya Tradisional dari Berbagai Negara ASEAN
Usai menyimak sambutan penutup dari Dekan Fakultas Pendidikan (FP) UM dan Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan (FPIP) Umsida, mahasiswa Cor Jesu Filipina menampilkan tarian tradisional.
Perwakilan mahasiswa Cor Jesu James Eduard B Frias menceritakan, “Filipina adalah rumah bagi banyak tarian rakyat tradisional yang melambangkan makna penting bagi Budaya Filipina,” tuturnya sebelum menampilkan tarian bersama kelompoknya.
“Delegasi Filipina menampilkan tarian pernikahan tradisional yang disebut Pandang-Panding, tarian pernikahan yang luar biasa dan menarik dari Antique (salah satu daerah di Filipina-red),” lanjutnya.
“Tarian itu juga merupakan adat istiadat bagi pasangan yang baru menikah untuk menampilkan tarian ini selama resepsi,” sambungnya.
Berbeda dengan mahasiswa asal Kazakhstan yang sedang melakukan pertukaran mahasiswa di Umsida, Akniet dan tiga teman perempuan lainnya menceritakan tentang makna pakaian adat Kazakhtan, sebuah negara yang terkenal dengan padang rumputnya yang luas, kekayaan tradisi, dan keramahtamahannya.
Mereka mengenakan pakaian tradisional Kazakhstan, yang mencerminkan sejarah dan cara hidup masyarakat Kazakhstan.
Salah satu bagian penting, kata Akniet, adalah shapan – jubah tradisional. “Shapan tersedia dalam berbagai panjang dan gaya. Beberapa panjang dan sangat hangat, dibuat untuk musim dingin di Kazakhstan, sementara yang lain lebih pendek dan ringan, dibuat untuk acara-acara khusus atau cuaca yang lebih hangat,” terangnya.
Mereka juga mengenakan ikat pinggang dengan ornamen. “Ini bukan hanya untuk dekorasi, tapi ini memiliki makna. Ornamen Kazakh sering kali melambangkan kekuatan, keselarasan dengan alam, atau perlindungan,” lanjutnya.
“Kami menyukai ornamen, anda dapat menemukannya di pakaian, perhiasan, barang-barang rumah tangga, di mana-mana. Banyak wanita Kazakh mengenakan banyak perhiasan, dan terkadang perhiasan itu mengeluarkan suara gemerincing saat mereka berjalan. Bahkan ada pepatah: ketika seorang pria mendengar suara itu, dia akan berhenti menggunakan kata-kata yang tidak pantas atau kasar sebagai bentuk penghormatan,” paparnya.
Mereka juga mengenakan shashbau, Akniet melanjutkan, ini adalah hiasan rambut yang indah, biasanya terbuat dari perak dan manik-manik. Ini menonjolkan keanggunan wanita Kazakh dan dikenakan terutama selama acara-acara khusus.
“Pakaian tradisional kita lebih dari sekadar mode, namun menceritakan kisah budaya, nilai-nilai, dan nenek moyang kami,” tukasnya.
Tarian Nusantara dan Semangat Kebersamaan Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Malang (UM) Indonesia membawakan Tari Gemu Famire. Salah satu mahasiswa UM Usagi mengatakan Gemu Famire atau yang banyak disebut Maumere salah satu tarian tradisional ikonik, sering dipakai dalam pentas kesenian atau senam olahraga.
“Untuk kami sendiri rasanya seperti kembali lagi ke masa sekolah yang tidak terlalu banyak beban seperti saat masa kuliah. Maka dari itu, selama persembahan kami merasa carefree/bebas dan melupakan sejenak beban beban tugas yg sebenarnya masih ada,” ujarnya sambil tertawa.
Sedangkan bagi audiens, lanjutnya, tarian ini dapat menarik minat penonton untuk ikut menari bersama karena lagunya yang catchy dan gerakan mudah diikuti.
“Harapannya, selain bisa memberikan wawasan terkait tari tradisional lain (selain dari budaya sunda/jawa), penonton bisa membuat core memories baru bersama kami karena ikut serta dalam tarian ini sehingga bisa lebih memorable dan mudah diceritakan ke teman-teman lain bahwa mereka ikut serta menari tari tradisional bersama kami,” pungkasnya.
Lain cerita dengan mahasiswa Umsida yang mempersembahkan tarian nusantara Wonderful Indonesia. Mereka menampilkan seluruh adat dari Indonesia. “Nyanyian kami buat dari suara asli kami sendiri, karya original teman-teman Psikologi Umsida, tahun lalu kami juga memakai wonderful indonesia tapi menari saja,” tutur Esti.
“Kali ini kami menginginkan ada pembeda dari yang sebelumnya. Kami juga membawa boneka dan membagi oleh-oleh, selain agar ada bold differentiation-nya, juga untuk kenang-kenangan dan mengalihkan perhatian dari panggung yang gerakannya memang berdiri saja saat lagu berlangsung,” paparnya.
Penutupan Penuh Makna dengan Lagu ‘My Heart Will Go On’ dari UM Malaysia
Terakhir penampilan dari UM Malaysia yang mempersembahkan lagu My Heart Will Go On by Celine Dion. Mahasiswa Malaya Dayang Intan Farahiah Almurid Dayang menceritakan bahwa lagu itu dipilih karena karena lirik dan melodinya sangat menggambarkan emosi perpisahan.
“Lagu ini mengekspresikan kasih sayang yang mendalam dan gagasan bahwa hubungan yang bermakna dapat tetap kuat bahkan ketika orang-orang terpisah secara fisik. Dalam konteks siswa pertukaran, lagu ini melambangkan bahwa meskipun semua orang kembali ke negara mereka sendiri, persahabatan, kenangan, dan ikatan yang terbentuk selama program akan terus hidup di hati mereka,” terangnya.
“Selain itu, nada lagu yang lambat dan emosional membuatnya cocok untuk acara yang reflektif dan menyentuh hati seperti upacara penutupan. Lagu ini berfungsi sebagai penghormatan atas waktu yang dihabiskan bersama dan menyampaikan penghargaan, kehangatan, dan harapan untuk hubungan yang berkelanjutan,” tuturnya.
“My Heart Will Go On menyampaikan pesan bahwa perpisahan bukanlah akhir tetapi awal yang baru, dengan kenangan yang akan selalu ada bersama kita, serta mengingatkan bahwa bahkan saat kita mengucapkan selamat tinggal, hubungan yang telah kita buat akan bertahan. Pertunjukan ini merupakan dedikasi sepenuh hati terhadap waktu, pengalaman, dan emosi yang dibagikan—meninggalkan jejak abadi pada setiap orang yang terlibat,” pungkasnya.
Ditulis oleh: Dian Rahma Santoso
Editor: Mutafarida