Peningkatan iklim akademik senantiasa dibangun di Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan (FPIP) UMSIDA. Hal ini sebagai upaya riel FPIP dalam mewujudkan visi FPIP, yaitu; Menjadi Fakultas yang unggul dan inovatif dalam pengembangan ilmu psikologi dan pendidikan berbasis IPTEKS berdasarkan nilai-nilai Islam untuk kesejahteraan masyarakat.
Pada 30 November 2021, FPIP menyelenggarakan International Webinar yang dikemas dalam kegiatan ‘Studium General’ dengan mengusung tema ‘Improving Education Quality in Post Pandemic Era’. Ada ampat (4) Narasumber yang dihadirkan dari berbagai negara, yaitu: Dr. Ricardo Oliviera de Santos dari Chatolic University Brazila, Dr. Nazgul Abalova dari Kyrgistan State University, Prof. Zahari dari University of Malaya Malaysia, dan Dr. Akhtim Wahyuni dari UMSIDA Indonesia. Moderator dalam kegiatan ini Wahyu Taufik, M.Ed. Ricardo menyampaikan materi tentang ‘Teaching, research, and science in times of Coronavirus in Brazil: Challenge and Setbacks. Hal yang dikupas pada materi ini adalah tentang bagaimana kehidupan pendidikan, riset, dan sains yang terjadi di Brazil selama pandemic Covid 19 dan strategi pemulihannya. Mengingat, Brazil termasuk negara dengan jumlah kasus Covid tertinggi kedua dunia. Pemateri Nazgul menyajikan topik ‘Ethnic diversity and language space of modern Kyrgistan’ mengupas tentang budaya Kyrgistan dengan segala dinamikanya selama Covid 19. Kyrgistan merupakan negara yang budayanya bertalian erat dengan Rusia, Islam, Barat (Amerika) dan Cina yang memunculkan berbagai perbedaan dalam kehidupan. Namun perbedaan-perbedaan itu adalah kekayaan Kyrgiz, kata Nazgul.
Narasumber berikutnya, Prof. Zahari dengan tema ‘A lost learning generation during C19; Reality and Recommendation, menjelaskan tantangan Pendidikan yang di hadapi Malaysia selama Covid 19, terutama persoalan ‘lost generation’ yang menghawatirkan bagi anak-anak pembelajar selama anak-anak belajar secara online dari rumah. Adapun pemateri terakhir, Akhtim mengambil topik tentang ‘Multicultural Education: A Challenge In Indonesia in Post Covid Era’. Dalam paparannya Akhtim mengupas Pendidikan multikultural yang dihadapi Indonesia selama Covid 19 ini. Mengingat Indonesia sebagai negara yang multiculture dengan jumlah penduduk yang besar, ribuan pulau dan suku, ratusan bahasa, dan multi yang lainnya memiliki potensi konflik, apalagi masa covid 19 pembelajaran secara penuh dilakukan secara online. Gadget menjadi sahabat terdekat mulai Anak Usia Dini sampai Perguruan Tinggi. Untuk itu perlu dilakukan penguatan pemahaman multibudaya pada anak sehingga Indonesia akan tetap aman dan damai dengan kebinekaannya pada saat New Normal ini. Di akhir sesi Akhtim memberikan Quote ‘Diversity is a gift from God that must be managed, not become a threat that creates a conflict.