fpip.umsida.ac.id – Dalam rangka meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam menghadapi pendidikan inklusi, Muchammad Ilyas MPd, seorang guru dari SMA Negeri 1 Gedangan, Sidoarjo, mengadakan pelatihan untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan (FPIP) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) pada Senin (03 dan 10/02/2025). Pelatihan ini bertujuan untuk membekali para calon pendidik dengan pengetahuan tentang identifikasi dan asesmen anak berkebutuhan khusus (ABK), serta bagaimana cara memberikan layanan pendidikan yang inklusif di sekolah.
Pentingnya Pendidikan Inklusif di Sekolah
Pendidikan inklusif di Indonesia, khususnya di Sidoarjo, semakin mendapat perhatian karena kesadaran yang terus berkembang mengenai pentingnya memberikan kesempatan yang sama bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pendidikan inklusif memungkinkan anak-anak dengan berbagai kondisi fisik, emosional, atau intelektual untuk belajar bersama dengan teman sebaya di lingkungan sekolah yang mendukung.
Namun, banyak guru yang masih menghadapi tantangan dalam mengidentifikasi anak dengan kebutuhan khusus dan merancang program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Oleh karena itu, pelatihan ini sangat penting untuk membantu para guru mengidentifikasi dan memberikan perhatian khusus kepada anak-anak yang membutuhkan penanganan berbeda dalam pembelajaran.
Identifikasi dan Asesmen yang Baik pada ABK
Pelatihan yang disampaikan oleh Muchammad Ilyas MPd ini mencakup dua materi utama, yaitu Identifikasi dan Asesmen anak berkebutuhan khusus. Dalam sesi pertama pada 03 Februari 2025, Ilyas menjelaskan tentang identifikasi, yang merupakan proses untuk mengetahui anak yang diduga mengalami kelainan atau penyimpangan dalam fisik, intelektual, sosial, emosional, atau sensoris neurologis. Identifikasi ini bertujuan untuk menghindari salah tafsir dan memberikan pendekatan yang tepat terhadap anak.
“Identifikasi bertujuan untuk menemukan anak yang berkelainan, baik dari segi fisik, mental, atau sosial, agar kita bisa memberikan penanganan yang lebih tepat,” ujar Muchammad Ilyas dalam materi yang disampaikan. Salah satu aspek penting dalam identifikasi adalah penjaringan atau screening, yang digunakan untuk menandai anak-anak dengan gejala-gejala tertentu dan melakukan rujukan ke tenaga ahli jika diperlukan.
Pelatihan dilanjutkan pada 10 Februari 2025 dengan materi asesmen. Asesmen, menurut Ilyas, adalah proses pengumpulan data yang lebih mendalam mengenai kondisi dan karakteristik ABK, baik dari segi akademik maupun non-akademik. Hal ini bertujuan untuk menyusun program pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan anak. “Asesmen membantu kita dalam merancang program pembelajaran yang tepat, apakah itu untuk meningkatkan kemampuan akademik atau mendukung perkembangan emosional anak,” tambah Ilyas.
Meningkatnya Pemahaman tentang ABK
Hasil dari pelatihan ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman mahasiswa PGSD tentang cara mengidentifikasi dan menilai ABK. Mahasiswa merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan dalam pengajaran inklusif. “Pelatihan ini memberikan saya banyak informasi penting tentang bagaimana mengenali dan memahami kebutuhan anak dengan kondisi khusus. Sekarang, saya merasa lebih siap untuk mengimplementasikan pendidikan inklusif di sekolah,” kata salah satu peserta pelatihan.
Selain itu, pelatihan ini juga memperkenalkan berbagai jenis asesmen yang dapat digunakan oleh guru untuk menganalisis kondisi ABK, seperti asesmen akademik, perkembangan sosial-emosional, dan asesmen terkait kekhususan yang dimiliki anak. Mahasiswa juga diajarkan bagaimana melakukan observasi, wawancara, dan analisis tugas sebagai bagian dari strategi asesmen untuk memastikan bahwa program pendidikan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan anak.
Meningkatkan Kualitas Pendidikan Inklusif di Sekolah
Pelatihan ini tidak hanya memberikan pemahaman yang lebih baik tentang identifikasi dan asesmen ABK, tetapi juga membuka wawasan bagi para calon guru tentang bagaimana pentingnya mengembangkan keterampilan dalam mendesain pembelajaran inklusif. “Pendidikan inklusif bukan hanya tentang menerima anak-anak dengan kebutuhan khusus di kelas biasa, tetapi juga bagaimana kita sebagai pendidik dapat memberikan dukungan yang sesuai untuk memaksimalkan potensi mereka,” kata Muchammad Ilyas dalam penutupan pelatihan.
Pelatihan ini menjadi langkah penting dalam mewujudkan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan berkelanjutan di Indonesia, khususnya di Sidoarjo. Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang identifikasi dan asesmen, diharapkan para guru dapat lebih efektif dalam menangani anak-anak dengan kebutuhan khusus dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif di masa depan.
Penulis: Mutafarida