Mahasiswa Baru Umsida Siap Berkarakter Islami dan Berdaya Saing Global

Fpip.umsida.ac.id – Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) adakan sambutan bagi mahasiswa baru dalam acara Forum Ta’aruf Mahasiswa (Fortama) 2024. Pada kesempatan ini Prof Achmad Jainuri MA, menyampaikan perihal “Membangun Karakteristik Mahasiswa Berkemajuan Menuju”.

Dalam sambutannya Prof Jainuri menekankan bahwa pentingnya membentuk karakter islami dan mempersiapkan mereka dalam menghadapi persaingan nasional maupun internasional.

Pada awal sambutannya Prof Jainuri merujuk pada pandangan Presiden Indonesia yang pertama tentang “Character Building”. Beliau menyampaikan pembentukan karakter adalah hal dasar yang harus dilakukan.

“Karakter mahasiswa yang berkemajuan harus didasari oleh nilai-nilai Islam,” tegasnya.

Beliau juga mengingatkan kepada seluruh maba bahwa akidah adalah hal dasar yang berpengaruh pada setiap tindakan dan perkataan manusia.

“Segala tindakan kita harus ikhlas, semata-mata karena Allah. Ketika datang ke kampus, kita harus memiliki niat yang tulus untuk mencari ilmu,” jelasnya Prof Jainuri.

Baca juga: FPIP Umsida Peringati Independent Day of Peace Saat Fortama 2024

Mahasiswa Modern dengan Nilai Islam

Prof Jainuri juga menyoroti sikap apa saja yang harus dimiliki oleh mereka untuk dapat menerima setiap perubahan yang ada di era modern ini. Tentunya dengan menerima pola pikir baru yang relevan dengan perkembangan zaman saat ini.

“Modernisasi adalah sikap untuk meninggalkan cara berpikir lama dan menggantinya dengan cara berpikir yang lebih baik dan relevan dengan perkembangan zaman,” ujarnya.

Menurut beliau modernisasi bukan hanya perihal ibadah mahdha saja, namun juga mencakup beberapa hal yang lain seperti sosial, pendidikan, budaya, dan lain sebagainya.

Belia mengharapkan semua mahasiswa baru dapat selalu berpegang teguh dan menyeimbangkan antara agama dan modernisasi.

“Kita harus menjadi generasi yang berdaya saing namun tetap menjaga nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari,” tambahnya.

Baca juga: Fortama 2024: FPIP Umsida Sediakan Prodi Unggul, Maba Tak Perlu Risau

Pentingnya Ilmu Bagi Mahasiswa

Selanjutnya Prof Jainuri menyinggung perihal literasi. Membahas tentang literasi, tentu bukan hanya soal membaca dan menulis saja namun juga mencakup tentang pemahaman dalam menerima setiap informasi yang ada.

Beliau menyorot kutipan Imam Syafi’i bahwa “Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia, maka hendaknya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan akhirat, maka hendaknya dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat, maka hendaknya dengan ilmu”.

Dengan literasi yang baik, tentu mahasiswa akan mudah memahami sebuah ilmu baik agama maupun pengetahuan umum. Melalui sikap disiplin yang ditanamkan pada diri masing-masing mahasiswa.

Prof Jainuri menyoroti data mengenai jenjang pendidikan yang ditempuh oleh oleh masyarakat Indonesia. Beliau menyampaikan bahwa 60% penduduk Indonesia hanya menempuh pendidikan ditingkat dasar, dan 23% lainya tidak bersekolah sama sekali

Ini merupakan tantangan bagi kita sebagai akademisi untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga dapat meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat Indonesia.

“Tantangan kita adalah bagaimana meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Sebagai bangsa, kita harus sadar akan pentingnya pendidikan dalam membangun kesejahteraan masyarakat,” ujar Prof. Jainuri.

Dengan berkaca dari negara-negara lain yang sudah lebih maju seperti Malaysia yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dari Indonesia. Beliau juga mengajak semuanya untuk turut andil dalam menata ulang pemimpi negara dengan seseorang yang berpendidikan tinggi.

“Kita perlu menata ulang pendidikan agar Indonesia bisa dipimpin oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi, dan hal ini harus dimulai dari kita sebagai mahasiswa,” tegasnya.

Prof Jainuri juga mengajak semuanya untuk membangun dan perilaku sosial islami seperti keterbukaan, rasional, amanah, jujur, ikhlas, dan tentunya menerima setiap perubahan positif yang ada.

“Mahasiswa harus memiliki orientasi jangka panjang dan siap menerima perubahan, tetapi tetap berpegang pada nilai-nilai kebenaran dan kejujuran,” tuturnya.Pembentukan karakter dan intelektual tanpa meninggalkan nilai-nilai islam adalah hal yang sangat penting dimiliki oleh mahasiswa.

Melalui penerimaan modernisasi tanpa meninggalkan nilai-nilai islam, membuat para mahasiswa baru dapat menghadapi tantangan kedepannya baik dalam skala nasional maupun internasional.

Penulis: Aisyah Windy