fpip.umsida.ac.id — Pelatihan Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) yang diadakan oleh Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) kembali dilanjutkan pada hari kedua, 15 Juli 2025, di ruang kelas 703 GKB 3 Kampus 1. Pelatihan ini merupakan bagian dari upaya untuk mempersiapkan para guru di Sidoarjo, khususnya di tingkat SMP dan SMA/SMK, agar dapat menghadapi tantangan pendidikan abad ke-21. Hari kedua pelatihan fokus pada materi Modul 2 yang berisi tentang berpikir komputasional dan literasi digital.
Lihat Juga: MBKM Asistensi Mengajar Prodi PTI Umsida, Tingkatkan Keterampilan dan Bawa Kontribusi Nyata
Fasilitator dalam Kelas Pendidikan Dasar (Dikdas) SMP B ini adalah Akbar Wiguna SPd MPd, dosen Prodi Pendidikan Teknologi Informasi (PTI) dan Cindy Taurusta, SST MT, dosen Prodi Informatika. Hari kedua ini dibagikan materi Modul 2 dan para peserta pelatihan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mempelajari materi dan mendiskusikan aplikasi konsep berpikir komputasional dalam kehidupan sehari-hari.
Mengelola Data dan Meningkatkan Literasi Digital
Modul 2 dirancang untuk membekali guru dengan keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam dunia digital saat ini, yaitu kemampuan mengelola data dan menyusun instruksi secara sistematis. Salah satu contoh yang diberikan adalah mengelola data tentang kecepatan kendaraan di jalan raya, menggunakan Microsoft Excel. Para peserta pelatihan belajar untuk membandingkan kecepatan kendaraan dengan batas wajar yang berlaku di jalan kota, jalan raya, dan jalan tol, dengan menggunakan rumus logika IF.
Dalam presentasi kelompok, para guru mengaplikasikan konsep ini dengan melakukan analisis terhadap data kecepatan kendaraan yang tidak wajar, seperti kendaraan yang melaju dengan kecepatan hanya 1–5 km/jam, yang bisa membahayakan keselamatan di jalan umum. “Dengan menggunakan logika IF di Excel, kami dapat menentukan apakah kecepatan kendaraan tersebut ‘Wajar’ atau tidak, sesuai dengan jenis jalan yang dilalui,” ungkap salah seorang peserta pelatihan.
Keterampilan ini bertujuan agar guru tidak hanya bisa mengajar teknologi, tetapi juga mampu mengembangkan keterampilan praktis yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
“Proses ini sangat penting, terutama dalam konteks pengajaran di sekolah, karena kita mengajarkan siswa untuk mengelola data yang berkaitan langsung dengan masalah yang mereka temui dalam kehidupan,” tambah Akbar Wiguna, fasilitator dalam sesi ini.
Literasi Digital dan Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran
Modul 2 juga mengajarkan para guru untuk memadukan keterampilan digital dengan komunikasi visual melalui pembuatan konten digital yang dapat digunakan untuk pembelajaran. Dalam pelatihan ini, para peserta diberi panduan mengenai cara membuat konten digital yang menarik dan tepat sasaran, seperti teks, gambar, video, atau media interaktif yang dapat disebarkan melalui berbagai platform seperti YouTube, TikTok, atau media sosial lainnya.
Selain itu, dalam kegiatan ice breaking yang dipandu oleh mahasiswa Prodi PTI, Clarissa dan Deri, peserta diajak berinteraksi melalui permainan “Maju Mundur Cantik” dan “Tepuk Konsentrasi Buah,” yang bertujuan untuk mencairkan suasana sebelum memulai diskusi materi lebih lanjut. Hal ini membantu peserta untuk lebih aktif dan antusias dalam mengikuti sesi pelatihan.
Lihat Juga: Pelatihan KKA di Kelas Dikdas SMP: Memahami Miskonsepi, Solusi, dan Praktik Baik
Para fasilitator juga menekankan pentingnya etika digital dan hak cipta dalam penyebaran konten. “Sebagai pendidik, kita tidak hanya mengajarkan penggunaan teknologi, tetapi juga memperkenalkan prinsip-prinsip dasar seperti hak cipta, etika digital, dan bagaimana menyampaikan pesan secara efektif melalui media digital,” ujar Cindy Taurusta, salah satu fasilitator.
Kelompok B2 juga mengaplikasikan materi ini dengan studi kasus mengenai estimasi perjalanan menggunakan aplikasi Scratch. Dalam studi kasus ini, mereka memperhitungkan variabel yang mempengaruhi perjalanan, seperti kemacetan, cuaca, jarak, waktu tempuh, dan waktu istirahat.
“Kami menggunakan aplikasi Scratch untuk menghitung estimasi waktu perjalanan dengan memperhitungkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi, seperti kemacetan atau cuaca buruk,” ujar salah seorang peserta dari Kelompok B2. Mereka mengembangkan aplikasi yang dapat membantu pengguna memperkirakan waktu perjalanan lebih akurat, sesuai dengan kondisi di lapangan.
Penulis: Mutafarida