fpip.umsida.ac.id – Selain memberi penghargaan kepada Wisudawan terbaik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo umsida juga memberikannya kepada wisudawan dengan prestasi yang dilaksanakan di Kancah nasional dan internasional
Prestasi ini mencakup akademik dan non akademik misalnya yang didapatkan oleh Aguardien P. Banafsaj. Ia merupakan wisudawan berprestasi yang berasal dari program studi psikologi. Adin, sapaannya, telah memiliki banyak prestasi di bidang olahraga beladiri yakni taekwondo.
Keturunan Atlet Taekwondo
Adin mulai mendalami dunia bela diri ini sejak umur empat tahunan ayahnya juga merupakan atle taekwondo semasa muda sehingga sejak kecil Adin diajari ayahnya untuk rajin berlatih olahraga bela diri asal Korea Selatan ini.
“Pada usia sekitar lima tahun, setelah saya menguasai beberapa tendangan, saya mulai diikutkan di klub di Sidoarjo. Jadi saya bolak balik Pasuruan – Sidoarjo untuk latihan rutin,” Ujar perempuan kelahiran Kudus, Jawa Tengah itu.
Adin mendalami dunia taekwondo hingga mengikuti berbagai kompetisi baik nasional hingga internasional. Ada satu momen yang menurut Adin sangat mengesankan, yakni ketika mengikuti kompetisi tingkat internasional saat ia menduduki bangku SMP. Walau tidak menjadi juara, Adin memiliki kesan tersendiri dari kompetisi tersebut.
“Jadi saat itu perlombaannya diikuti oleh 28 negara. Memang saya tidak menjadi juara saat itu, hanya meraih juara tujuh saja. Tapi saya berhasil mengalahkan atlet yang menjadi asal olahraga ini yakni Korea Selatan. Saya juga mengalahkan Malaysia. Itu sih yang jadi kebanggaan tersendiri untuk saya,” Terang Adin.
Prioritaskan Pendidikan
Memiliki karir yang cemerlang sejak dini di dunia bela diri tak membuat Adin untuk menjadikannya aktivitas utama. Dan juga keluarga Adin tetap memprioritaskan pendidikan kepada putri tunggalnya tersebut. Menurut keluarganya, perempuan harus memiliki pendidkan yang bagus.
Adin melanjutkan, “Parenting orang tua itu kan beda-beda ya. Kebetulan saya anak tunggal, jadi saya menjadi satu-satunya harapan keluarga. Bagaimana caranya orang tua saya mewariskan pendidikan yang baik dan kemampuan bela diri kepada anaknya. Oleh karena itu, saya didukung sekali,”.
Adin merupakan anak yang patuh kepada orang tua, bela diri sudah menjadi bagian hidupnya sejak yang kecil. Makanya, ia menikmati kegiatan tersebut dan menjadikannya sebuah kebiasaan. Keluarga Adin lebih memprioritaskan pendidikan karena menurut mereka, menjadi atlet tidaklah mudah. Dan anak tunggal Adin kerap meninggalkan dua orang tuanya untuk mengikuti pertandingan atau latihan.
Cara Mengatasi Kesulitan dan Kejenuhan
Rutinitas yang cenderung monoton tidak membuat Adin merasa jenuh. Bahkan, Adin dan ayahnya telah sepakat sejak dulu untuk tidak mengadakan liburan keluarga. Alasannya karena alat taekwondo yang cukup mahal dan tidak semua alat yang bisa bertahan lama, membuat mereka harus rajin mengatur keuangan. Selain itu, jadwal latihan dan pertandingan yang cukup padat membuat Adin tidak memiliki waktu untuk berlibur.
Untuk menggantikan waktunya tersebut, ia hanya memerlukan waktu sejenak untuk cheating time.
“Kalau saya luang itu kan tidak ada liburan, jadi biasanya di sela-sela latihan itu saya ngobrol saja dengan teman-teman,” Terangnya.
Selain itu, lanjut Adin, atlet tidak bisa memakan makanan sembarangan. Ketika ia dalam kondisi tertentu, Adin diperbolehkan untuk makan makanan pedas dan juga meminum es. Hal kecil itu merupakan satu kesempatan yang bagus bagi Adin untuk sejenak menghilangkan kejenuhannya.
Saat kuliah, Adin pernah merasa kesulitan membagi waktu karena jadwal kuliah yang berubah-ubah akan mempengaruhi jadwal latihannya. Oleh karena itu, ia memiliki prinsip bahwa waktu tidak perlu diatur, melainkan diciptakan.
“Jadi kita yang menciptakan waktu. Misalnya saya di sela-sela latihan, entah itu 10 atau 15 menit saya gunakan untuk mengerjakan laporan dan tugas lainnya. Itu saya terapkan sejak dulu. Jadi walaupun saya jadwalnya padat, tapi saya memanfaatkan waktu luang tersebut untuk mengikuti bimbel online,” Sambung perempuan berusia 22 tahun itu.
Bahkan pada saat semester lima kuliahnya, Adin mendirikan sebuah klub taekwondo bernama Hay Taekwondo Club. Ia harus bolak balik mengurus dokumen akte kenotariatan agar diakui oleh Kemenhumham. Dan saat itu juga, ia sedang berada di waktu paling produktif selama menjadi mahasiswa.
Menjadi Wisudawan Berprestasi
Saat dilebatkan sebagai wisudawan berprestasi Adin sama sekali tidak menyangka hal tersebut. Namun ia merasa senang dan bangga karena menurutnya Tidak semua orang bisa dipanggil saat wisuda sebagai wisudawan berprestasi
“Saya memang sudah sering dipanggil sebagai seorang juara dan mendapat penghargaan. Namun tetap saja menjadi wisudawan terbaik tidak bisa dirasakan semua orang. Dan ini bukan tentang taekwondo,” Ujar Adin.
Langsung Lanjut S2
Ketika surat keputusan penetapan yudisium sudah terbit pada akhir Agustus lalu, Adin langsung mengurus studinya ke jenjang magister. Ia mendaftar ke Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya di jurusan yang sama yakni psikologi. Saat ini, Adin sudah menjalankan satu semester kuliahnya.
Jadi saat ini, Adin merupakan seorang atlet taekwondo pemilik klub taekwondo, pelatih, dan juga seorang mahasiswa yang sedang menganyam pendidikan di jenjang magister.
“Pendidikan tetap menjadi prioritas utama saya sedangkan taekwondo itu sudah menjadi bagian hidup saya sekaligus untuk menjaga diri seorang perempuan Oleh karena itu, saya sekarang melanjutkan studi saya. Besok saya juga akan menjadi madrasah pertama anak kan,” Pungkasnya.
Penulis: Romadhona S.
Sumber Berita : Umsida